Selasa, 03 Maret 2015

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Fraktur

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR


I.    PENGERTIAN

    Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)

II.    JENIS FRAKTUR
a.    Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b.    Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c.    Fraktur tertutup:  fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d.    Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
e.    Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
f.    Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g.    Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h.    Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i.    Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j.    Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang  oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.

III.    ETIOLOGI
a.    Trauma
b.    Gerakan pintir  mendadak
c.    Kontraksi otot ekstem
d.    Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

IV.    PAThWAYS

Pathway Fraktur

V.    MANIFESTASI KLINIS
a.    Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
b.    Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c.    Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat  diatas dan dibawah tempat fraktur
d.    Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e.    Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

VI.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.    Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b.    Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c.    Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d.    Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

VII.    PENATALAKSANAAN

a.    Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin  untuk kembali seperti letak semula.
b.    Imobilisasi fraktur
    Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c.    Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
    Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
    Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
    Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
    Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah

VIII.    KOMPLIKASI
a.    Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b.    Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c.    Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

IX.    PENGKAJIAN
1.    Pengkajian primer
-    Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
-    Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

-    Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut

2.    Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat
    kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
    Keterbatasan mobilitas
b.    Sirkulasi
    Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
    Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
    Tachikardi
    Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
    Cailary refil melambat
    Pucat pada bagian yang terkena
    Masa hematoma pada sisi cedera
c.    Neurosensori
    Kesemutan
    Deformitas, krepitasi, pemendekan
    kelemahan
d.    Kenyamanan
    nyeri tiba-tiba saat cidera
    spasme/ kram otot
e.    Keamanan
    laserasi kulit
    perdarahan
    perubahan warna
    pembengkakan lokal

X.    DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a.    Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan
Kriteria hasil:
    Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
    Mempertahankan posisi fungsinal
    Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
    Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas 
Intervensi:
    Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
    Tinggikan ekstrimutas yang sakit
    Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
    Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak
    Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
    Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas
    Ubah psisi secara periodik
    Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi

b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang
    Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
    Kriteria hasil:
    Klien menyatajkan nyei berkurang
    Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
    Tekanan darahnormal
    Tidak ada eningkatan nadi dan RR
Intervensi:
    Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
    Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
    Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
    Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
    Jelaskanprosedu sebelum memulai
    Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
    Drong  menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
    Observasi tanda-tanda vital
    Kolaborasi : pemberian analgetik

C.    Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
    Penyembuhan luka sesuai waktu
    Tidak ada laserasi, integritas kulit baik


Intervensi:
a.    Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae
b.    Monitor suhu tubuh
c.    Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
d.    Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
e.    Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
f.    Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
g.    Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
h.    Kolaborasi emberian antibiotik.


DAFTAR PUSTAKA

Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC
Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC
Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.  Edisi 8. Vol  3. Jakarta. EGC
Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Fraktur
  • Facebook Comments
  • Blogger Comments

0 komentar :

Posting Komentar

Top